Kedai Kuncai - Anak usia enam tahun dengan senang hati bisa bermain dengan teman mereka. Namun, nasib beruntung menyerang dua anak yatim piatu di Desa Kuala Kereuto, Kecamatan Lapang, Aceh Utara, Aceh, Saini Mubarak (6) dan saudara perempuannya Mirza (4.5).
Anak kedua dan ketiga (Alm) Muzakir dan Yusnaini (30) telah menderita kelumpuhan sejak lahir. "Anak saya memiliki tiga orang, dua di antaranya adalah Saini dan Mirza menderita kelumpuhan sejak lahir, dan sekarang saya harus menjaganya tanpa suami, ayah mereka meninggal sekitar tiga tahun yang lalu," kata orang tuanya saat bertemu dengannya. rumah pada hari Jumat / 3/2018).
Anak laki-laki imut itu terlihat dibawa oleh ibu dan neneknya. Wajahnya terlihat ceria, mereka seperti mengoceh perlu perhatian orang. Tangannya seakan bergerak sementara kakinya tidak lumpuh. Selain diangkut, mereka hanya bisa berbaring di kereta dorong dengan bantuan murah hati.
Sayangnya lagi, mereka tinggal di gubuk di atap ayahnya. Dinding rumah hanya ditutupi oleh papan kusam sementara lantainya mengenakan sebatang pohon bambu. Sejak ayahnya (Muzakir-red) meninggal tiga tahun yang lalu, ibunya terpaksa mengurusnya sendiri. Mereka bertahan dengan banyak kekurangan.
Proses melahirkan keduanya normal tanpa operasi. Saat Saini dan Mirza lahir, mereka berbeda. Pada usia tiga tahun, Saini dibawa ke Rumah Sakit di Banda Aceh dan dipanggil petugas medis ada kelainan. Setelah operasi tapi tidak berhasil, Mirza bahkan tidak pernah dibawa ke Rumah Sakit.
"Saini pernah dibawa ke rumah sakit di Banda Aceh dimana ayahnya telah menjual sepeda motor untuk perawatannya, tapi dia juga tidak sehat sampai ayahnya meninggal sementara Mirza tidak pernah dibawa ke rumah sakit," kata Yusnaini.
Yusnaini mengaku saat ingin melihat kedua hatinya sehat seperti anak-anak lain. Namun, jika ingin memberi mereka pengobatan atau terapi itu sendiri harus berpikir panjang. Biaya yang dibutuhkan sangat besar. Apalagi dia belum bekerja.
Dia hanya bisa mengurus kedua hatinya di rumah sementara kebutuhan hidup selama ini bergantung pada bantuan sosial dan Baitul Mal Muamalat setiap bulan dan juga belas kasihan orang lain.
"Saya tidak bekerja karena saya harus merawat orang sakit, ibu saya hanya seorang petani, dan selama ayah mereka meninggal, kebutuhan hidup hanya bergantung pada bantuan sosial," tambah Yusnaini.
0 comments:
Posting Komentar